PESISIR BARAT – Ada yang menarik dari pernyataan Kepala BPBD Kabupaten Pesisir Barat, Mirza Sahri menyikapi banyaknya bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di daerah tersebut.
Yakni, disebabkan karena ulah tangan manusia. “Bencana alam yang terjadi di daerah ini, bukan semata karena fenomena biasa, tapi juga banyak karena ulah tangan manusia,” kata Mirza Sahri, Minggu (3/12/2023).
Selama ini, hasil dari perbuatan manusia yang salah dalam mengelola dan merawat alam, hingga mengakibatkan banjir dan longsor. Peristiwa alam ini banyak terjadi, saat musim penghujan seperti yang terjadi sekarang ini.
“Bencana banjir dan tanah longsor, dipicu oleh kerusakan hutan yang terjadi akibat tangan manusia. Sehingga, ketika terjadi hujan tempat untuk menampung air semakin sedikit. Akhirnya, menimbulkan bencana,” ungkap Mirza.
Kepala BPBD Pesisir Barat itupun mengaku heran, hanya karena hujan mengguyur satu jam saja, mengakibatkan Sungai Way Ngaras meluap dan banjir besar. “Kok hujan satu jam saja sungai Way Ngaras langsung banjir. Ada apa ini,” tanya dia.
Setelah ditelusuri, kata dia, hutan di hulu sungai Way Ngaras sudah berubah menjadi areal perkebunan. “Kalau sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan. Begitu juga di hulu sungai besar lain, hutan mengalami kerusakan,” ungkapnya.
Menurutnya, sebagian besar hulu sungai yang ada di daerah ini berasal dari Daerah Lampung Barat. Jika pohon-pohon besar yang ada di hulu sungai ditebangi, kata dia, maka akan berimbas pada daya tahan tanah terhadap resapan air hujan.
“Selain itu, banyak pula pohon damar di perkebunan milik warga yang sudah beralih fungsi,” katanya.
Mirza mengimbau masyarakat Pesisir Barat, agar terus merawat tanaman dengan tidak menebang pohon damar. Sebab, ujar dia, pohon damar memiliki peran krusial dalam menjaga kelestarian hutan. “Akar pohon damar itu sangat kuat, dalam menahan erosi saat terjadi hujan deras,” ucapnya.
Dia juga menyinggung maraknya kegiatan penambangan pasir dan batu liar di sungai dan pinggir pantai, yang terjadi akhir-akhir ini. Kegiatan itu, menurut dia, bisa berdampak pada kerusakan lingkungan. (*)