TUBABA – Sejumlah wartawan di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) meradang, akibat beredarnya gambar sceenshoot dari status WhatsApp milik Direktur Yayasan Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Anggara di grup Kominfo Daerah setempat, Sabtu (12/8/23).
Dalam statusnya itu, Semi menyebut Wartawan bodrek dan pimred idiot. Bahkan, sosok yang mengaku seorang budayawan inipun langsung menyebut media online Forrakyat milik mantan ketua PWI Tulang Bawang Rusdi Rifai sebagai media sampah.
Tidak hanya itu, Semi memperingatkan Abas Karta seorang penggiat medsos yang kerap mengkritik kebijakan pemkab setempat di akun medsosnya agar tidak jadi bagian framming media sampah.
Kontan status tersebut menuai beragam reaksi dari anggota grup, yang notabene merupakan wartawan di kabupaten berjuluk Ragem Sai Mangi Wawai tersebut.
“Ini sumber dari mana? Kenapa sebut media sampah..yg dimaksud media sampah yg mana? Egk bener orang ini ..pelecehan terhadap media dan profesi ..,” kata Marwansyah salah satu kepala biro media harian di Lampung.
“Diksi ‘sampah’ itu barang tak berguna alias kotoran bin busuk,” sebut Joni pimred Warta9.
Komentar-komentar senada juga dilontarkan dalam perbincangan grup WhatsApp tersebut yang pada intinya mengecam pernyataan yang dilontarkan Semi dan mendukung agar pemilik media yang di hina melaporkan Semi ke aparat penegak hukum.
Pernyataan Semi tersebut diduga di picu lantaran pemberitaan yang di muat di media online forrakyat.co.id berkaitan dengan penyelenggaraan Tubaba Art Festival (TAF) beberapa waktu lalu di Kota Budaya Uluan Nughik Panaragan Jaya.
Begini status-status yang diyakini kuat milik Direktur Yayasan Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Anggara tersebut.
“Wartawan Bodrek, pimred idiot n narasumber inkompeten harus bertanggungjawab tulisan yang telah dipublikasikan!!!”.
“Sampah yang namanya Forrakyat ini milik siapa? tolong WA pribadi yah”.
“Apa yang di haruskan Bas? Saran gw loe gk usah iku2an jadi bagian framming media sampah! Supaya loe gk jadi sampah juga Abas Karta”.
Terpisah, Ahmad Abdi Fathoni ketua DPC AWPI kabupaten Tubaba sangat menyayangkan sikap seorang pendidik di yayasan sekolah seni Tubaba, “Yang tak pantas terucap sebagai seorang yang berpendidikan, seharusnya bukan begitu ucapan beliau, apa lagi ini melecehkan salah satu media. Ini sudah pelanggaran Hukum, dan harus di proses secara hukum.”tegasnya.
Lanjut lelaki yang biasa dipanggil paksu ini, “kami berharap lapisan masyarakat memberikan dukungan karena profesi jurnalis itu Mulya.” Harapnya.